Makna Filosofi Janur

Saat melihat janur kuning 'melengkung' Anda tentu sudah paham bahwa di daerah ini tengah berlangsung sebuah pesta pernikahan. Ya., Lipatan daun muda ini memang lazim dimanfaat sebagai petunjuk oleh sang empunya hajat di tempat-tempat yang besar itu sebuah perayaan besar.
Simbolisasi janur kuning sendiri sebenarnya telah berlangsung selama berabad silam di Nusantara, terutama pada suku Jawa, Bali, dan Sunda. Bukan hanya sebagai penghias semata, namun juga makna filosofis tertentu.

Dari kata bahasa, kata janur berasal dari bahasa Arab yang berarti cahaya dari surga sedang kata-kata dari bahasa yang berarti suci. Sama halnya dengan masyarakat Jawa yang mengartikan janur sebagai 'sejating nur' yang berarti cahaya sejati. Janur memiliki makna yang sejatinya manusia membutuhkan cahaya dari Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat melihat jelas hal yang baik dan buruk. Janur kuning sendiri adalah daun muda dari beberapa jenis tumbuhan palma besar, terutama kelapa, enau, dan rumbia yang biasanya dirangkai menjadi untaian menjulang ke atas menyerupai umbul-umbul. Namun mengeluarkan kreasi rangkaian janur kuning unik dan beragam.

Tradisi Janur di Bali

Di Bali makna janur lebih luas lagi. Rangkaian janur yang disebut penjor ini Biasa juga dalam upacara adat penduduk lokal. Penjor biasanya dirangkai dalam berbagai bentuk dan bentuk umbul-umbul yang diikat pada sebuah bambu panjang dan dipasang di tepi jalan. Menurut kepercayaan masyarakat di sana, penjor merupakan sesuatu yang sakral.

Masyarakat bali akan menggunakan janur yang dilengkapi dengan bunga, dedaunan, buah-buahan, jajanan pasar dan wewangian (dupa) sebagai sebuah sajen atau persembahan untuk Yang Maha Kuasa. Penjor ini dibuat untuk mengungkapkan rasa syukur atas anuugerah yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Dalam beberapa kesempatan, janur dapat sebagai sarana tolak bala, menangkal kejahatan atau menghindar dari maksud buruk.

Tradisi Janur di Jawa

Dalam tradisi Jawa, janur merupakan simbol kebahagiaan yang diolah menjadi beragam bentuk dan fungsi. Selain itu, bumbor dan umbul-umbul yang berfungsi sebagai penanda atau petunjuk, janur juga dirangkai menjadi kembar mayang (paspor dekoratif yang dipajang di pelaminan).

Dalam upacara perkawinan adat Jawa, kembar mayang yang sejak prosesi midodareni sampai prosesi panggih. Hiasan hiburan ini menjadi simbol penyatuan dua individu dalam wadah rumah tangga. Sementara warna keputihan pada janur diharapkan menjadi doa agar cinta dan kasih sayang diantara mempelai dapar selalu muda laksana an janur.

Sumber  :
Majalah Mahligai Edisi ke-19 dan Buku Tatanan Baru Rangkaian Janur Gaya Indonesia karya Etnik Padmini Yuwati Dewabrata Spd.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ucapan Turut Berduka Cita Untuk Tetangga